May 10, 2016
SYSTEMISC LUPUS ERYHEMATOSUS
May 10, 2016
SYSTEMISC LUPUS ERYHEMATOSUS

Lupus ataLupusu biasa dikenal dengan SLE (Systemisc Lupus Eryhematosus) adalah penyakit kronik dimana organ dan sel mengalami kerusakan yang disebabkan oleh tissue binding autoantibody yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai system organ (Tutuncu, et al., 2007).

Semula SLE digambarkan sebagai gangguan kulit, pada tahun 1800-an, dan diberi nama lupus karena sifatnya yang berbentuk “kupu-kupu”, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi yang menyerupai gigitan serigala ( lupus adalah kata dalam bahasa latin yang berarti serigala) (Sidabutar, 1995).

Penyakit lupus menyerang hampir 90% perempuan. Di Indonesia jumlah penderita lupus yang tercatat sebagai anggota YLI (Yayasan Lupus Indonesia) sekitar >10.000 orang (Yayasan Lupus Indonesia, 2011).  Prevalensi penyakit iflamsi sistemik berdasar diagnosis naskes di Indonesia adalah 11,9%. Prevalensi tertinggi di Bali 19,3%, Aceh 18,3%, jawa barat 17,5% dan Papua 15,4% (Riskesdas, 2013).

Peyebab utama SLE (Systemisc Lupus Erythematosus) sampai saat ini belum diketahui, namun beberapa faktor predisposisi dapat berperan dalam patogenesis terjadinya penyakit ini. Berikut ini beberapa faktor predisposisi yang berperan dalam timbulnya penyakit SLE yaitu :

  1. Faktor Genetik Berbagai   gen   dapat   berperan   dalam   respon   imun   abnormal   sehingga timbul produk autoantibodi  yang berlebihan. Kecenderungan genetik  untuk   menderita SLE telah ditunjukkan oleh studi yang dilakukan pada anak kembar. Sekitar 2-5% anak kembar   dizigot   berisiko   menderita   SLE,   sementara   pada   kembar   monozigot,   risiko terjadinya SLE adalah 58%.
  2. Faktor Imunologi Pada LE terdapat beberapa kelainan pada unsur-unsur sistem imun, yaitu: Antigen Dalam keadaan normal, Kelainan intrinsik sel T dan sel B dan Kelainan antibody
  3. Faktor Hormonal   Peningkatan   hormon   dalam   tubuh   dapat   memicu   terjadinya   LE. Beberapa studi menemukan korelasi antara peningkatan risiko lupus dan tingkat estrogen yang tinggi. Studi lain juga menunjukkan bahwa metabolisme estrogen yang abnormal dapat dipertimbangkan sebagai faktor resiko Virus Lupusterjadinya SLE.
  4. Faktor Lingkungan, faktor lingkungan tersebut terdiri atas: Infeksi virus dan bakteri Agen infeksius, Paparan sinar ultra violet, stress dan obat-obatan (Anggita, 2015).

Beberap gejala gejala dari peyakit lupus atau Sytemisc Lupus Erythematosus:

  • Perasaan sangat lelah.
  • Nyeri sendi.
  • Demam.
  • Ruam kulit (terutama jika terpapar sinar matahari).
  • Ruam malar (Butterfly-shaped rash, ruam berbentuk mirip kupu-kupu, terjadi di sekitar hidung dan tulang pipi).
  • Luka di mulut.
  • Rambut rontok (alopecia).
  • Berat badan bertambah atau berkurang.
  • Jari tangan dan kaki menjadi putih atau biru jika terkena suhu dingin atau saat stress.
  • Nyeri di bagian dada.
  • Sesak napas.
  • Mata terasa kering.
  • Mudah memar.
  • Anxiety, depresi.
  • Memory loss

 

Gejela lupus berbeda pada tiap orang dan Pengobatan Lupus Gejala lupustergantung dari tipe Lupus, Berat ringannya Lupus, Organ tubuh yang terkena dan Komplikasi yang ada (Wallace, 2007). dokter mengobati lupus dengan menggunakan berbagai macam obat-obatan, mulai dari obat ringan hingga obat yang sangat kuat. Selama hidup penderita lupus, obat yang diberikan biasanya akan berubah-ubah. Dua kategori obat lupus untuk pengobatan:

  1. Kortikosteroid. Golongan ini berfungsi untuk mencegah peradangan dan merupakan pengatur kekebalan tubuh. Bentuknya bisa salep, krem, pil atau cairan. Untuk Lupus ringan, digunakan dalam bentuk tablet dosis rendah. Jika kondisi sudah berat, digunakan kortikosteroid bentuk tablet atau suntikan dosis tinggi. Bila kondisi teratasi maka penggunaan dosis diturunkan hingga dosis terendah untuk mencegah kambuhnya penyakit (Wallace, 2007).
  2. Nonkortikosteroid. Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan nyeri dan bengkak pada sendi dan otot (Wallace, 2007).

 

 

Daftar Pustaka

  1. Tutuncu, ZN. & K. Kenneth C. 2007. The Definition and Classification of Systemic Lupus Erythematosus. P. 16. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
  2. Sidabutar, R.P. 1995. Lupus Eritematosus Sistemik dan Nefritis Lupus. Simposium Nasional LES. Jakarta
  3. 2011. Jumlah anggota lupus yang terdaftar. Jakrta. [Diakses pada: 30 April 2016]
  4. 2013. Prevalensi lupus di Indonesia. [Diakses pada: 02 Mei 2016]
  5. P. 2015. Systemic Lupus Erythematosus  (SLE). Universitas Sumatera Utara. [Diakses pada: 04 Mei 2016].
  6. Wallace, J.D 2007, The Lupus Book: Panduan Lengkap Bagi Penderita Lupus dan Keluarganya, B first, Jakarta.
  7. Wallace, J.D 2007, The Lupus Book: Panduan Lengkap Bagi Penderita Lupus dan Keluarganya, B first, Jakar

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.