Autisme
Autisme merupakan gangguan pada perkembangan saraf yang ditandai dengan kesulitan komunikasi, interaksi social, pola bermain dan perilaku emosi. Gejala autism muncul sebelum 3 tahun pertama kelahiran anak (Jevuska, 2012)
Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang penyandang autisme di dunia. Itu berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme. Sedangkan di Indonesia prevalensi autisme pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak yang mederita autisme dalam usia 5-19 tahun (klinik autis, 2015)
Banyak faktor dan penyabab autisme di antaranya:
Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh fakto-faktor genetik. Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah tuberos sclerosis (17-58%) dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile X karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang kromosom X 4. Sindrom fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X terangkai) yaitu melalui kromosom X. pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bisa digolongkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat (carier). (Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K),2003).
Gangguan Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson, glia dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan akson yang abnormal dapat menimbulkan sel purkinye mati. (Dr. Hartono D. Pusponegoro, SpA(K),2003)
Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna dan ragi.
Untuk memastikan pernyataan tersebut, dalam tahun 2010 sampai 2011 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 120 orang anak yang memenuhi kriteria gangguan autisme menurut DSM IV. Rentang umur 1-10 tahun, dari 120 anak tersebut 97 adalah anak laki-laki dazn 23 orang adalah anak perempuan. Dari hasil pemeriksaan diproleh bahwa anak-anak ini mengalami gangguan metabolisme yang kompleks dan setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi, ternyata dari 120 anak yang diperiksa : 100 anak (83,33%) menderita alergi susu sapi, gluten dan makanan lain, 18 anak (15%) alergi terhadap susu dan makanan lain, 2 orang anak (1,66%) alergi terhadap gluten dan makanan lain. (Dr. Melly Budiman, SpKJ, 2003).
Tingkat penyakit autisme yang bervariasi antara satu individu dengan yang lainnya menyebabkan tidak ada satu penanganan yang cocok untuk semua individu yang menderita autisme.
Berikut ini adalah berbagai metode penanganan autisme:
- Obat-obatan
Obat-obatan tidak sepenuhnya dapat menyembuhkan autism, obat-obatan hanya dapat membantu mengendalikan gejala autisme. Beberapa jenis obat-obatan yang dapat diberikan berupa, vitamin, suplemen gizi, antidepresan, dan obat-obatan antipsikotik yang menunjukkan hasil yang positif dalam mengobati kasus autism (Amazin, 2014)
- Terapi
Beberapa terapi dapat dibeerikan pada penderita autism untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, beberapa terapi tersebut antara lain sebagai berikut.
- Terapi wicara
Sebagian besar anak dengan autisme mengalami kesulitan berbicara. Pada kasus lain, mereka bisa berbicara, tapi tidak mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara normal dengan orang lain. Di sinilah pentingnya peranan terapi wicara.
- Terapi okupasi
Terapi okupasi digunakan untuk memperbaiki perkembangan motorik halus pada anak dengan autis yang memang banyak mengalami keterlambatan.
- Terapi perilaku
Umumnya anak-anak dengan autis merasa sangat sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan. Ahli terapi akan membantu menemukan latar belakang perilaku tersebut untuk kemudian memberikan solusi secara spesifik.
Program ini melibatkan tim pakar yang menerapkan beragam aktivitas yang meningkatkan kemampuan komunikasi, sosial, dan tingkah lakunya. Umumnya anak-anak dengan autisme dapat berkembang dengan program pendidikan yang terarah dan terstruktur dengan baik (Alodokter, 2014)
Berusahalah untuk memahami Autisme, sehingga kita bisa mendeteksi gejala autisme lebih dini serta memberi kesempatan pada mereka untuk berkembang optimal dan mendapatkan kehidupan lebih baik
Selamat Hari Autisme Sedunia
(02 April 2016)
Daftar pustaka
- 2012. Autisme. [diakses pada: 29 maret 2016] tersedia di: https://www.jevuska.com/2012/12/29/autisme-pengertian-penyebab-gejala-ciri-terapi/
- Klinik autis. 2015. Prevalensi kejadian autisme. [diakses pada: 30 maret 2016] tersedia di: https://klinikautis.com/2015/03/24/angka-kejadian-autis-di-indonesia-dan-di-berbagai-belahan-dunia-lainnya/
- Pusponegoro, Hartono D. (2003), Pandangan Umum mengenai Klasifikasi Spektrum Mengenai Gangguan Autistik dan Kelainan Susunan Saraf Pusat (makalah), Jakarta: Konferesi Nasional Autisme-I.
- Budiman, Melly, (2003), Gangguan Metabolisme pada Anak Autistik di Indonesia (makalah), Jakarta : Konferesi Nasional Autisme-I
- 2013. Metode penangan autisme. [diakses pada: 29 maret 2016] tersedia di: http://www.amazine.co/22616/5-jenis-3-metode-penanganan-autisme/
- 2014. Terapi autisme. [diakses pada: 29 maret 2016]