[WATAKASTRAT #06 Tre Self-Diagnose Kesehatan Mental di Kalangan Gen Z Berbasis AI]
Artikel ini mengulas bagaimana tren self-diagnose kesehatan mental berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di kalangan Gen Z semakin marak — didorong oleh kemudahan akses informasi di internet dan munculnya chat?bot maupun aplikasi AI yang menjanjikan diagnosis instan. AI mampu memberikan hasil cepat, namun ternyata akurasinya masih terbatas (misalnya diagnosis awal hanya sekitar 60 % akurat). Faktor seperti stigma kesehatan mental, keinginan memahami diri sendiri secara cepat, serta dorongan dari media sosial membuat Gen Z kerap memilih self-diagnose daripada berkonsultasi ke profesional. Meskipun self-diagnose bisa jadi langkah awal dalam menyadari kondisi, risikonya serius: salah diagnosis, penanganan yang tidak tepat, hingga munculnya cyberchondria (kecemasan berlebihan akibat pencarian online). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan bahwa AI baru bisa jadi referensi awal — tidak boleh menggantikan diagnosis profesional. Kesimpulannya: AI bisa menjadi alat bantu yang berguna jika digunakan dengan bijak, tetapi dalam kondisi sekarang tren self-diagnose berbasis AI di Gen Z lebih rentan menyesatkan daripada benar-benar membantu.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Tren Self-Diagnose Kesehatan Mental di Kalangan Gen Z Berbasis AI”, Klik untuk baca:
Kreator: Wartakastrat

