Interprofessional Education (IPE) FK Unud Terkesan Terburu-buru bagi Mahasiswa
Dewasa ini Indonesia tengah menghadapi tantangan baru dalam memasuki era globalisasi. Era globalisasi merupakan era kompetitif dimana negara-negara di seluruh dunia berusaha untuk meningkatkan pembangunan dalam segala bidang. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan yang utama yaitu sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia (SDM) menjadi suatau komponen yang penting karena manusialah yang berperan dalam setiap proses pembangunan yang akan dilakukan. Hal terpenting yang harus dimiliki oleh SDM adalah keinginan untuk melakukan perbaikan di segala bidang termasuk pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu komponen dari sistem pembangunan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satunya pendidikan untuk tenaga kesehatan.
Menurut (Steinert, 2005 dalam Bennett, Gum, Lindeman, Lawn, McAllister, Richards, Kelton, & Ward, 2011), tenaga kesehatan didefinisikan sebagai tenaga profesional yang memiliki tingkat keahlian dan pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang berfokus pada kesehatan pasien. Tenaga kesehatan sebagaimana yang dijelaskan di atas meliputi perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker, dietisien, dan kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan yang profesional menjadi bagian yang sangat penting di era globalisasi seperti sekarang ini.
Tenaga kesehatan yang professional, memerlukan suatu pendidikan yang professional bagi calon tenaga kesehatan. Maka untuk mewujudkan hal tersebut pendidikan yang mengajarkan bagimana menjalin kolaborasi dan komunikasi sangat dibutuhkan bagi calon tenaga kesehatan untuk dapat menjadi tenaga kesehatan yang profesional. Pendidikan yang mengajarkan bagaimana berkomunikasi dan berkolaborasi menjadi suatu hal yang penting dalam dunia kesehatan karena selain untuk membangun kerjasama tim yang baik, kurangnya komunikasi dan kolaborasi dapat berakibat buruk bagi pasien. (Sedyowinarso et al., 2011). Selain itu hal ini juga menyebabkan kesalahan atau keterlambatan dalam pemberian pengobatan dan diagnosis terhadap pasien yang yang berpengaruh terhadap outcome pasien. Maka dari itu, pendidikan bagi calon tenaga kesehatan menjadi hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien. (American Association of Critical-Care Nurses, 2005, dalam Poore, Cullen, Schaar, 2014). Sebagai upaya meningkatkan kualitas calon tenaga kesehatan Universitas Udayana, khususnya Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) pada tahun ajaran 2015/2016 mulai menerapkan metode pendidikan professional. Metode pendidikan professional tersebut adalah interprofessional education.
Interprofessional education (IPE) adalah suatu metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis kelompok untuk menciptakan suasana belajar kolaborasi untuk mewujudkan praktik kolaborasi di lapangan kerja. Pembelajaran ini juga bertujuan untuk menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai proses professionalisasi. (Royal Collage of Nursing, 2006 dalam Ulung Kusuma .D, 2014). Mekanisme pelaksanaan IPE harus melibatkan dua atau lebih kelompok mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda melakukan sebuah kolaborasi dalam proses pembelajaran untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu. Sehinnga IPE menjadi sebuah pendidikan interdisiplin dimana professional kesehatan belajar mengenai kolaborasi dalam lintas disiplin ilmu, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan nilai dalam bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya. (CIHC, 2008 dalam Ulung Kusuma .D, 2014). Hal yang sama juga diterapkan di FK Unud.
FK Unud per tahun 2015 telah mulai menerapkan pendidikan professional (IPE) ini yang pertama diterapkan pada angkatan 2014. IPE di FK Unud telah direncanakan sejak tahun 2012. Pada tahun 2012 diawali dengan pencarian informasi mengenai IPE. Pencariaan Informasi serta persiapan teknis dan administrasi dilakukan hingga tahun 2014. Pada tahun 2014 kementrian Pendidikan Nasional menyusun sebuah draff kurikulum mengenai IPE tersebut, dan mulai diterapkan pada tahun 2015. Tujuan dari diterapkannya adalah untuk melatih calon-calon tenaga kesehatan agar menjadi tenaga kesehatan yang bermutu. Dalam pelaksanaannya, IPE di FK Unud melibatkan enam program studi yang ada di FK Unud. Keenam program studi tersebut meliputi, PS. Pendidikan Dokter, PS. Fisioterapi, PS. Ilmu Keperawatan, PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PS. Psikologi, dan PS. Pendidikan Dokter Gigi. Perencanaan pendidikan di FK Unud akan mengambil setiap semester ganjil untuk mahasiswa mengikuti program pendidikan IPE.
Ide untuk melibatkan setiap semester mahasiswa ke dalam kegiatan IPE adalah untuk membiasakan mahasiswa terjun langsung ke lapangan dan berhadapan langsung dengan masyarakat. dr. Wira Kusuma selaku ketua program IPE di FK Unud menyebutkan dalam setiap semester yang dilewati tidak hanya melakukan hal yang sama, melainkan saat semester awal dimulai dari pengenalan serta mind mapping apa yang akan dilakukan di lapangan. Setelah hal tersebut dilewati, semester selanjutnya akan mulai diajarkan untuk mengindentifikasi permasalahan yang ada di masyarakat. Setelah permasalahan terindentifikasi dilanjutkan dengan perencanaan tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan akan dilanjutkan dengan aksi langsung untuk menangani permasalahan. Hingga pada semester ke tujuh mahasiswa dapat menggelar sebuah pameran karya ataupun simulasi dari pemecahan masalah yang sudah dilakukan. Dapat dikatakan untuk mencapai sebuah pemecahan masalah harus melewati proses-proses yang ada.
Berbicara mengenai proses, dr. Wira Kusuma kembali mengatakan bahwa yang terpenting dari IPE di FK Unud adalah setiap proses yang dilewati mahasiswa. Karena dari proses tersebut mhasaswa akan lebih mudah beradaptasi ketika menemukan situasi yang sama seperti apa yang pernah dilewati. Proses yang begitu panjang diterapkan sembari membantu masyarakat untuk memiliki prilaku sehat. Sehingga dalam proses-proses tersebut mahaisiwa juga hendak memikirkan cara bagaimana cara mencegah sebuah penyakit sehingga kedepannya tercipta masyarakat yang memiliki prilau sehat sebulum harus ke rumah sakit ketika terserang sebuah penyakit. Sistem pelaksanaan yang melibatkan mahasiswa langsung dalam memecahkan masalah dan langsung berhadapan dengan masyarakat tentunya menjadi pembelajaran yang berharga bagi mahasiswa.
Berhadapan langsung dengan masyarakat memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa khususnya calon-calon tenaga kesehatan, karena mahasiswa dapat secara langsung berhadapan dengan kasus nyata dan mulai mencari penyelesaiannya sesuai dengan keadaan yang ditemui. Hal tersebut dapat melatih keterampilan mahasiswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang terjadi di dunia kerja nantinya. Selain itu, dengan melibatkan keenam prodi yang merupakan calon-calon tenaga kesehatan dapat melatih kemampuan komunikasi dan kolaborasi mahasiswa antar saru dengan yang lainnya. Secara umum IPE sangat bermanfaat bagi mahasiswa jika program tersebut dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan sistem yang tepat.
Berbicara mengenai kesungguhan sebuah sistem pembelajaran, hendaknya setiap sistem yang diterapkan telah memiliki perencanaan yang matang dan telah dipertimbangkan segalanya. Namun yang ditemukan sekarang ini, penerapan program IPE di FK Unud terlihat belum matang dan membingungkan. Mengapa demikian? Temuan-temuan di lapangan terlihat mahasiswa yang menjakankan program IPE masih kebingungan dan tidak memiliki persepsi yang sama mengenaitugas-tugas ataupun urutan yang akan dilakukan di lapangan. Jalannya program yang kurang sistematis di FK Unud menyebabkan mahasiswa kebingungan dalam mengerjakan tugas maupun saat dilapangan. Mahasiswa sangat bingung mengenai apa yang harus mereka lalukukan setelah melakukan tugas sebelumnya. Kebingungan tersebut juga tidak bisa dipecahkan karena fasilitator atau dosen pembimbingnya juga tidak mengerti dan tidak memiliki kesepahaman yang sama baik mengenai prinsip, mekanisme di lapangan, point penilaian, dan teknis penilain mengnai program IPE yang diterapkan di FK Unud.
Berbicara mengenai proses penilaian, hasil lapangan dari IPE diwacanakan akan dimasukkan ke nilai semester mahasiswa. Namun pada kenyataannya teknis maupun point penilaian belum jelas diketahui baik dari mahasiswa maupun dosen fasilitator sendiri, sehingga hingga saat ini banyak kelompok mahasiswa yang belum mendapatkan nilai dan bahkan belum mengikuti ujian IPE tersebut. Jika masih tabu seperti ini maka mahasiswa yang tidak mendapatkan nilai akan merasa dirugikan karena hal tersebut akan berpengaruh pada IPK mahasiswa pada semester tersebut. Tak hanya itu, IPE juga diwacanakan akan menjadi program yang dapat menggantika kuliah kerja nyata(KKN). Perbandingannya yaitu jika KKN, mahasiswa hanya melakukannya sekali selama masa perkuliahan dan hanya dalam waktu 4 sampai 5 minggu saja. Sedangkan IPE direncanakan akan menawarkan kegiatan yang lebih intens untuk terjun ke masyarakat dalam kurun waktu 1 atau 2 minggu sekali. Namun pada kenyataannya di FK Unud, selama satu semester IPE hanya berlangsung empat kali terjun kelapangan dan bahkan kurang. Jadi jika dibandingkan KKN yang selama 4 sampai 5 minggu bertemu setiap hari di desa dan tinggal di desa tersebut. Namun IPE yang dalam satu semester hanya bertemu sebanyak 4 kali meskipun dilakukan setia semester ganjil tetap saja jumlah pertemuannya tidak sebanding. Selain itu, tujuan IPE ke masyarakat juga masih dipertanyakan. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mahasiswa kedoteran ke masyarakat akan memberikan sebuah bantuan atau pelayanan kesehatan, namun pada keyataannya tidak. Mahasiswa seringkali bingung ketika harus berhadapan dengan hal tersebut, karena hasil dilapangan disebutkan bahwa adanya ketidaksamaan antara sosialisasi IPE tersebut baik dari informasi dosen maupun mahasiswa.
Kekurangan informasi dapat mengakibatkan kebingungan di semua pihak, sehingga menyebabkan mahasiswa, pengurus IPE di FK Unud, serta masyarakat tidak memiliki pemahaman yang sama baik mengenai point utama penerapan IPE di FK Unud, tujuan serta standar mahasiswa yang diinginkan setelah melewati IPE. Pementingan proses pada setiap jalannya kegiatan seperti yang disebutkan di atas tidak dapat ditangkap oleh mahasiswa. Sistem-sistem yang ingin diterapkan lainnya seberti teknis pemberian informasi pada kelompok, teknis pelaksanaan di lapangan, serta teknis penilaian yang akan dilakukan di lapangan masih kurang disosialisasikan pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa tidak memahami apa yang diinginkan atau yang menjadi point penting dalam IPE tersebut. Sehingga dapat dikatakan belum adanya kesamaan pandangan mengenai IPE tersebut antara mahasiswa, pengurus IPE di FK Unud serta masyarakat.
Kesimpulan dan Saran
Secara garis besar, program IPE merupakan program yang baik untuk menunjang pendidikan professional. Namun dalam pelaksanaannya memerlukan perencanaan yang matang sehingga akan memperoleh pelaksanaan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Serta diperlukan sosialisasi untuk menyamakan pandangan mengenai IPE tersebut. Sehingga program yang diterapkan tidak terkesan timpang dan terburu-buru.
Saran yang dapat dianjurkan dalam pelaksanaan IPE di FK Unud kedepannya yaitu sebagai berikut.
- Program IPE di FK Unud harus lebih direncanakan dengan matang, sehingga pelaksanaan lebih sistematis dan terstruktur
- Kedepannya agar lebih memperjelas segala informasi mengenai IPE di FK Unud agar mahasiswa beserta dosen pembimbing memiliki kesepahaman yang sama mengenai program tersebut
- Sosialisasi yang berkala sangat penting dilakukan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai
- Program IPE di FK Unud ini hendaknya dilaksanakan setahap demi tahap agar tidak terkesan terburu-buru.
- Jika sistem maupun mekanisme IPE di FK Unud belum dirasa matang, maka nilai ujian tidak dimasukan ke dalam nilai semester.
Daftar Pustaka
- Bennet, P.N, Gum, L., Lindeman, I., Lawn, S., McAllister, S., Richards, J., Kelton, M., Ward, H. (2011). Faculty perceptions of interprofessional education,Nurse Education Today, 31, 571-576
- Israbiyah, Siti. R. Persepsi Mahasiswa tentang Interprofessional Education (IPE) di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 2016
- Sedyowinarso, M., Fauziah, F.A., Aryakhiyati, N., Julica, M.P, Munira, L., Sulistyowati, E., Masriati, F.N., Olam, S.J., Dini, C., Afifah, M., Meisudi, R., Piscesa, S. (2011).Persepsi dan kesiapan mahasiswa & dosen profesi kesehatan terhadap model pembelajaran pendidikan interprofesi: Kajian nasional mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia. Proyek HPEQ Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
- Poore, J.A, Cullen, D.L, Schaar, G.L. (2014). Simlation-based interprofessional education guided by Kolb’s experiential learning theory.Clinical Simulation in Nursing, 10, e241-e247
- Ulung Kusuma. D. Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education. Jakarta. 2014