JENEWA – World Health Organization telah mendeklarasikan pandemi flu babi pada hari Kamis (11/6) – epidemi global flu yang pertama dalam 41 tahun – sementara infeksi di Amerika Serikat, Eropa, Australia, Amerika Selatan dan di negara-negara lainnya terus meningkat hingga mencapai hampir 30,000 kasus.

Pengumuman pandemi yang sudah lama dinantikan ini merupakan konfirmasi ilmiah bahwa virus flu baru telah muncul dan dengan cepat menyebar di seluruh dunia. WHO kini akan meminta produsen obat untuk meningkatkan kecepatan pembuatan vaksin flu babi. Deklarasi ini juga mendorong pemerintahan berbagai negara untuk menyediakan dana yang lebih besar untuk membatasi penyebaran virus ini.

Pimpinan WHO Dr. Margaret Chan membuat pengumuman ini pada hari Kamis setelah lembaga PBB ini mengadakan pertemuan darurat dengan para ahli flu. Chan mengatakan ia akan mengubah status dunia menjadi fase 6 – tingkat kewaspadaan yang paling tinggi yang diterapkan oleh lembaga itu – yang berarti pandemi, atau epidemi global, mulai terwujud.

“Dunia kini menjalani saat-saat awal daripada pandemi influenza pertamanya di abad ke-21,” ungkap Chan kepada reporter. “Virus (flu babi) kini tidak dapat dihentikan.”


(Gambar ini hanya joke, harap tidak ditanggapi dengan serius)

Pada hari Kamis, WHO mengatakan bahwa 74 negara telah melaporkan 28,774 kasus flu babi, termasuk 144 kematian. Chan mendeskripsikan virus baru ini sebagai “sedang” (moderate). Menurut kriteria pandemi WHO, sebuah wabah global dimulai ketika virus flu baru mulai menyebar di dua regio dunia.

Lembaga ini terus menekankan bahwa sebagian besar kasus berupa penyakit ringan dan tidak memerlukan pengobatan, namun ada ketakutan bahwa sejumlah besar infeksi baru dapat membuat rumah sakit dan pihak-pihak yang berwenang dalam bidang kesehatan kewalahan menghadapinya – terutama di negara-negara yang lebih miskin.

Tetap saja, sekitar setengah daripada orang-orang yang meninggal akibat flu babi tadinya muda dan sehat – orang-orang yang biasanya tidak rentan terkena flu. Flu babi juga mendominasi, sehingga infeksi dengan virus flu “biasa” menjadi berkurang. Kedua hal ini merupakan hal yang khas pada virus flu pandemi.

Pandemi terakhir – flu Hong Kong pada tahun 1968 – membunuh sekitar satu juta orang. Flu biasa membunuh sekitar 250,000 sampai dengan 500,000 orang per tahunnya.

Flu babi juga meneruskan penyebarannya selama awal musim panas di belahan bumi utara. Biasanya, virus flu akan menghilang dengan cuaca yang hangat, namun flu babi tampaknya terus bertahan.

Keputusan (meningkatkan status menjadi pandemi, red.) mungkin dibuat lebih awal seandainya WHO memiliki data yang lebih akurat mengenai penyebaran flu babi di Eropa. Chan mengatakan dia mengadakan pertemuan darurat dengan ahli flu setelah timbul kekhawatiran bahwa negara seperti United Kingdom (UK) tidak melaporkan kasus yang terjadi secara akurat.

Setelah pertemuan pada hari Kamis, Chan mengatakan bahwa para ahli setuju bahwa terjadi penyebaran flu babi yang lebih luas daripada yang dilaporkan.

Chan tidak mengatakan kejadian flu babi di negara mana yang mendorong diambilnya keputusan untuk menyatakan bahwa dunia tengah mengalami pandemi, namun menjelaskan bahwa semua negara dan ahli sepakat bahwa sudah merupakan saatnya untuk menyatakan wabah global.

WHO mengatakan bahwa lembaga ini kini merekomendasikan para pembuat vaksin flu untuk mulai membuat vaksin flu babi. Produsen obat raksasa GlaxoSmithKline PLC mengatakan mereka dapat memulai produksi skala besar vaksin pandemi di bulan Juli, namun akan memerlukan beberapa bulan sebelum tersedia dalam kuantitas besar.

Banyak ahli mengatakan deklarasi pandemi WHO dapat dilakukan berminggu-minggu sebelumnya, namun lembaga ini ditekan karena alasan politik. Saat bulan Mei, sejumlah negara menekan WHO untuk tidak mendeklarasikan pandemi, karena ketakutan itu akan menimbulkan kekacauan sosial dan ekonomi.

“Ini WHO pada akhirnya mulai menyadari fakta yang ada,” kata Michael Osterholm, seorang ahli flu di University of Minnesota yang memberikan saran kepada pemerintahan US terkait persiapan menghadapi pandemi.

Meskipun WHO berharap tidak demikian, pengumuman pada hari Kamis ini hampir pasti akan menimbulkan panik tentang penyebaran flu babi di beberapa negara.

Ketakutan sudah terjadi di Argentina, di mana ribuan warga yang khawatir soal flu babi membanjiri rumah sakit-rumah sakit minggu ini, menyebabkan layanan kesehatan darurat di ibu kota Buenos Aires kewalahan. Bulan lalu, satu bus yang tiba di Argentina yang datang dari Chile dilempari batu oleh orang-orang yang mengira salah satu penumpangnya menderita flu babi.

Chile memiliki kasus flu babi terbanyak di Amerika Selatan, dan belahan bumi selatan mulai mengalami musim flu saat musim dingin (yang terjadi tahunan, red).

Di Hong Kong pada hari Kamis, pemerintahan memerintahkan semua taman kanak-kanak dan sekolah dasar untuk tutup selama dua minggu setelah puluhan anak dites positif terinfeksi flu babi – gerakan yang oleh beberapa orang ahli dianggap berlebihan. Keputusan ini mempengaruhi lebih dari setengah juta siswa.

Di US, di mana terdapat lebih dari 13,000 kasus dan paling tidak 27 kematian akibat flu babi, Centers for Disease Control and Prevention mengatakan gerakan ini (deklarasi pandemi, red) tidak mengubah bagaimana US menangani flu babi.

“Tindakan kami sebulan ini sudah seolah-olah sedang terjadi pandemi di negara ini,” Glen Nowak, seorang juru bicara CDC, berkata pada hari Kamis.

Pemerintahan US sudah mengambil langkah seperti meningkatkan ketersediaan obat untuk melawan flu dan menyediakan satu miliar USD untuk perkembangan vaksin baru terhadap virus baru ini. Ditambah lagi, insiden terjadinya kasus baru tampaknya mulai berkurang di berbagai tempat di negara ini, pihak berwenang dalam kesehatan di US berkata, saat Amerika Utara mulai meninggalkan musim flu musim dinginnya yang biasa (terjadi tahunan, red.)

Tetap saja, New York City melaporkan tiga lagi kematian flu babi pada hari Kamis, termasuk satu anak berusia di bawah dua tahun.

Di Meksiko, di mana epidemi ini pertama dideteksi, wabah mencapai puncaknya di bulan April. Meksiko kini mendapatkan laporan kasus kurang dari 30 per harinya, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata 300 laporan kasus per hari yang terjadi sebelumnya, kata Menteri Kesehatan Jose Angel Cordova kepada The Associated Press. Meksiko saat ini telah mengkonfirmasi 6,337 kasus, termasuk 108 kematian.

Cordova mengatakan bahwa ia khawatir bahwa negara-negara lainnya tidak mengambil langkah drastis untuk menghentikan penyebaran flu babi sebagaimana yang dilakukan Meksiko, yang sempat menutup sekolah, restoran, teater, dan membatalkan acara-acara publik setelah pemerintahannya mendeteksi terjadinya epidemi pada akhir April.

Banyak ahli mengatakan deklarasi pandemi tidak berarti virus flu babi bertambah mematikan.

“Orang-orang mungkin kini membayangkan suatu virus yang akan datang dengan cepat dan membunuh semuanya,” kata John Oxford, seorang profesor virologi di rumah sakit St. Bart’s dan Royal London Hospital. “Itu takkan terjadi.”

Namun, Oxford mengatakan bahwa virus flu babi ini dapat saja berevolusi menjadi bentuk (strain) yang lebih berbahaya di masa depan. “Itu adalah kemungkinan yang selalu ada dengan virus influenza,” katanya. “Kita harus mengamati dengan seksama dan hati-hati apa yang dilakukan oleh virus ini ke depannya.”

Oleh Maria Cheng dan Frank Jordans, The Associated Press Writers

Diterjemahkan dengan perubahan (yang sesungguhnya melanggar hak cipta – ssst, jangan bilang-bilang!) dari WHO: Swine flu pandemic has begun, 1st in 41 years

Catatan
Hingga tulisan ini dibuat, belum didapatkan tanggapan dari Depkes RI.
Istilah “flu babi” digunakan sebagai terjemahan langsung dari istilah “swine flu”, meskipun WHO sebelumnya sudah menyarankan penggunaan istilah ini dihentikan.

(Samantha)